Kampung Serangan Notoprajan: Warisan Sejarah, Kerajinan Keris, dan Semangat Transformasi
KAMPUNG SERANGAN : The Historical & The Truthness
Terdiri dari: 27 RT: RT 1-27 dan 4 RW: RW 1-4
Batas Wilayah:
Sebelah Utara: Kampung Ngampilan
Sebelah Timur: Kampung Notoprajan dan Kalurahan Kadipaten
Sebelah
Selatan: Kelurahan Gedongkiwo
Sebelah
Barat: Kelurahan Wirobrajan
Di balik lorong-lorong kampung di wilayah Notoprajan, Kemantren Ngampilan, Yogyakarta, terdapat satu kawasan yang menyimpan banyak cerita sejarah, budaya, sekaligus inspirasi perubahan. Kampung ini dikenal dengan nama Kampung Serangan—sebuah nama yang punya akar historis kuat dan peran penting dalam perjalanan bangsa.
Asal-Usul Nama Serangan
Nama “Serangan” berasal dari Pangeran Serang, seorang bangsawan sekaligus pejuang yang merupakan paman dari Pangeran Notoprajan I. Pangeran Serang turut serta dalam Perang Jawa (1825–1830) di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Ia bahkan memimpin 10.000 prajurit menuju Demak dan Semarang, dan sempat dianugerahi pangkat Mayor pada tahun 1827. Ia wafat pada tahun 1854, namun namanya abadi di wilayah yang dulu menjadi tempat tinggal dan pusat perjuangannya.
Kampung Para Penatah Keris
Salah satu identitas kuat Kampung Serangan adalah keberadaan para penatah keris, yakni pengrajin yang mengukir detail hiasan pada badan keris. Kegiatan menatah dilakukan secara manual, tanpa sketsa, hanya dengan paku tatah dan palu kecil, membuat setiap keris memiliki nilai seni yang tinggi.
Motif yang dihasilkan pun khas dan berakar dari budaya kerajaan Majapahit dan Mataram. Keris-keris hasil karya warga Serangan telah dikenal di pasar nasional hingga mancanegara, menjadikan kampung ini sebagai salah satu sentra kerajinan keris paling berkelas di Indonesia.
Masa Lalu yang Kelam
Tidak bisa dimungkiri, di masa lalu Kampung Serangan sempat dikenal sebagai kawasan “hitam”—tempat yang identik dengan premanisme, pencopetan, hingga kriminalitas lainnya. Bahkan, dalam catatan sejarah masyarakat, pernah ada keterlibatan dengan gerakan sosial-politik seperti PKI.
Namun, masa lalu itu bukanlah akhir cerita. Berkat usaha warga dan tokoh masyarakat, dilakukan berbagai perubahan sosial, pembangunan masjid, pembinaan remaja, dan aktivitas edukatif yang berhasil mengangkat wajah kampung ini kembali.
Transformasi Sosial dan Budaya
Kini, Kampung Serangan telah bertransformasi menjadi kampung yang asri, aman, dan aktif secara sosial. Salah satu kegiatan yang cukup dikenal adalah “Jogo X Jogo”, sebuah event budaya yang diadakan di bantaran Kali Winongo. Kegiatan ini menggabungkan seni pertunjukan, gotong royong, dan edukasi lingkungan yang melibatkan seluruh warga.
Warga Kampung Serangan juga aktif dalam kegiatan pemberdayaan seperti:
-
Bank sampah dan pengolahan limbah rumah tangga
-
Penataan lorong dan kebersihan sungai
-
Pelatihan kerajinan dan kewirausahaan
-
Produksi film dokumenter kampung oleh mahasiswa
Film dokumenter seperti “Kampung Serangan: The Historical & The Truthness” telah dibuat untuk menceritakan perjalanan panjang kampung ini dari masa lalu yang kelam menuju masa kini yang penuh harapan.
Dari Serangan Menuju Harapan
Kampung Serangan hari ini adalah wajah dari semangat transformasi masyarakat akar rumput. Dengan modal sejarah yang kuat, budaya yang kaya, dan semangat warga untuk terus tumbuh, Kampung Serangan membuktikan bahwa perubahan dimulai dari bawah, dari lorong-lorong kampung, dan dari orang-orang yang peduli.
Ingin mengenal lebih dekat Kampung Serangan? Datanglah dan temui para penatah keris, saksikan kekompakan warganya, dan rasakan bagaimana masa lalu menjadi kekuatan untuk masa depan.
#KampungSerangan #Notoprajan #KampungKeris #SejarahYogyakarta #KampungInovatif #KampungBudaya
BRANDING
KAMPUNG SERANGAN : KULINER dan BUDAYA
Posting Komentar untuk "Profil Kampung Serangan"