Luas Wilayah : 12.8Ha
Terdiri dari: 19 RT: RT 1-19 dan 3 RW: RW 1-3
Batas Wilayah:
Sebelah Utara: Kelurahan Pringgokusuman
Sebelah
Timur: Kampung Pathuk dan Purwodiningratan
Sebelah
Selatan: Kelurahan Notoprajan
Sebelah Barat: Kelurahan Pakuncen
Di antara riuhnya pusat kota Yogyakarta dan dekatnya kawasan Malioboro, terdapat sebuah kampung bersejarah yang menyimpan warisan budaya Keraton Yogyakarta. Kampung itu bernama Ngampilan—kampung yang bukan hanya menjadi tempat tinggal warga, tapi juga saksi perjalanan budaya dan tradisi kerajaan.
Asal-usul Nama "Ngampilan"
Nama Ngampilan berasal dari kata “ampilan”—yaitu peralatan upacara kerajaan yang dibawa oleh abdi dalem ampilan, sekelompok pelayan keraton yang memiliki tugas penting saat Sultan menghadiri upacara resmi. Mereka membawa pedang, tombak, tameng, panah, dan perlengkapan lainnya ke Bangsal Manguntur Tangkil, tempat Sultan hadir saat acara keraton.
Sebagai bentuk penghargaan atas tugas mereka yang berat dan penuh tanggung jawab, para abdi dalem ini diberi tanah, rumah, dan pengakuan sosial di wilayah yang kemudian dikenal sebagai Kampung Ngampilan.
Kehidupan Keraton dan Ndalem Mangkudiningrat
Tak jauh dari kawasan ini, berdiri megah Ndalem Mangkudiningrat, kediaman GPBH Mangkudiningrat, putra ke-13 Sri Sultan HB VIII. Ndalem ini menjadi simbol bahwa Kampung Ngampilan bukan kampung biasa, melainkan wilayah hunian bangsawan yang erat kaitannya dengan kehidupan istana.
Tak hanya itu, kampung ini menjadi bagian dari jaringan toponim istana—di mana penamaan kampung didasarkan pada fungsi atau profesi abdi dalemnya. Sebut saja:
-
Gerjen (penjahit keraton)
-
Gendhingan (pengrawit/gamelan)
-
Suronatan (ulama/abdi dalem mutihan)
Ngampilan berdiri sejajar sebagai kampung abdi dalem upacara, menjadikannya bagian penting dalam struktur sosial dan budaya kerajaan.
Ngampilan Hari Ini: Padat, Produktif, dan Tetap Berbudaya
Kini, Kampung Ngampilan telah bertransformasi menjadi kawasan urban yang padat dengan penduduk lebih dari 15.000 jiwa di atas lahan seluas ±0,82 km². Meski masyarakatnya kini lebih heterogen, nilai-nilai kerja keras, kedisiplinan, dan kebersamaan tetap menjadi ciri khas warga.
Kegiatan budaya seperti Bakpia Day, sebuah festival kuliner tradisional khas Yogyakarta, menjadi bukti bahwa warisan tetap dirawat dalam bentuk modern. Gunungan bakpia dikirab oleh warga dan komunitas, menandai keguyuban yang terus hidup dari masa ke masa.
Identitas yang Tak Luntur oleh Zaman
“Dari tombak dan tameng para abdi dalem, hingga festival bakpia di lorong kampung—Ngampilan adalah wujud bagaimana sejarah dan masa depan bisa berjalan beriringan.”
Kampung Ngampilan menjadi cermin bahwa identitas budaya tak akan hilang meski ruang terus berubah. Di sini, tradisi bukan barang usang, tapi pondasi untuk masa depan kota yang berakar kuat dan tumbuh tinggi.
Kalau kamu berkunjung ke Yogyakarta, sempatkanlah menyusuri lorong-lorong di Kampung Ngampilan. Kamu akan merasakan denyut kehidupan kota yang penuh sejarah, budaya, dan semangat gotong royong.
BRANDING KAMPUNG: SHIBORI DAN JUMPUTAN

Posting Komentar untuk "Profil Kampung Ngampilan"